RINDU DENDAM INGIN KEMBALI SEKOLAH

Berapa hari lalu di pagi hari saya dapati anak perempuan saya mandi lalu mengenakan seragam sekolah lengkap. "Tak biasanya dia begini" batin saya. Selama sekolah daring dia jarang mandi pagi hehe... Sama pula barangkali siswa lainnya seluruh Indonesia. Jarang pula berseragam lengkap. Seringkali hanya kerudung sekolahnya saja jika daring via zoom. Namun sekali itu dia seolah mau berangkat sekolah.

 

"Teh, emang dah sekolah ofline? Udah boleh masuk sekolah?" tanya saya

"Engga bi.." jawabnya

"Lha itu ngapain pake seragam lengkap, mandi pula. Pakai jilbabnya aja?" bapaknya ngajarin ga bener nih he..

"Ga papa bi...kangen aja".

 

Kangen. Ya kangen. Kata kangen atau rindu ini menghentak kesadaran saya. Kita tahu bahwa anak-anak kita sudah lama sekali merindukan sekolahnya. Boleh dibilang kerinduannya akut. Istilahnya, rindu dendam. Kerinduan yang tak tertahankan lagi. Bak sepasang pengantin yang saling mencintai lama terpisah.

Kita maklum, rindunya anak-anak kita terhadap sekolahnya beragam motif. Rindu belajar, rindu guru, rindu teman, rindu suasana sekolah, rindu nakal, iseng dan jail serta rindu-rindu lainnya.

Yah, bukan hanya mereka yang rindu. Gurunya pun rindu beraktifitas di sekolah. Orangtuanya rindu anak pergi ke sekolah. Rindu 'tak terganggu' dan bertambahnya tugas mengajar anak di rumah. Rindu mengantar dan menjemput ke sekolah. Rindu seminar kecil-kecilan dengan emak-emak lain saat jemput anak dari sekolah.

Rindu itu memabukkan. Susah makan, susah minum, susah tidur karena rindu. Tetapi juga enak makan, enak minum dan enak tidur karena rindu. Bersekolah, rindu rumah. Di rumah, rindu sekolah. Itulah siklus. Siklus kehidupan.

Kehidupan itu berpasangan; ada laki-laki dan perempuan, siang malam, langit bumi, pagi sore, suka duka, senang sedih, kuat lemah, tinggi pendek, besar kecil, kaya miskin, sehat sakit, tua muda, hidup mati, dipuji dicaci, ditemani dimusuhi dan lainnya. Tidak ada yang aneh. Begitu-begitu saja. Dari zaman Nabi Adam sampai nanti Kiamat, kehidupan akan seperti itu saja. Sekali lagi, tidak ada yang aneh.


Ilustrasi: Afrizal

Yang aneh adalah kita. Manusia. Kita menjalani kehidupan yang begitu-begitu saja, kehidupan yang terus berulang, kita tidak makin cerdas menyikapi hidup. Semestinya seringkali menghadapi siklus hidup yang sama, kita semakin terbiasa dan semakin cerdas menyikapinya.

"Jadilah kamu hidup di dunia ini seperti orang asing atau musafir." Sabda Sang Nabi kepada Sahabat kecilnya Abdullah bin Umar. Putra Umar ini lalu menjelaskan sabda Sang Nabi itu, "Jika kamu bisa beramal di pagi hari jangan tunda sampai sore, jika bisa dikerjakan sore jangan tunda sampai pagi. Manfaatkan waktu sehatmu untuk waktu sakitmu dan waktu hidupmu untuk waktu matimu".

Ya. Yang terpenting adalah memanfaatkan hidup sebaik mungkin. Bukan soal sehat sakitnya dan kaya miskinnya serta lemah kuatnya tetapi soal bagaimana kita mengisi hidup apapun keadaannya dengan amalan-amalan kebaikan.

Orang beriman akan menghadapi segala persoalan hidup dengan baik dan tenang. Selalu positif thinking. Ia yakin apapun yang menimpa dirinya adalah takdir Allah dan ia yakin solusinya juga datang dari Allah. Ia tidak akan pernah berputus asa dari rahmat Allah. Orang beriman itu ajaib.

Itulah yang ditegaskan Sang Nabi, _"Seluruh urusan orang beriman itu ajaib. Tidak ada yang bisa melakukan dan merasakannya kecuali orang beriman. Jika ia mendapat kemudahan, ia bersyukur dan itu baik baginya. Jika ia mendapat kesulitan, ia bersabar dan itu baik baginya".

Syukur dan sabar adalah rumus bahagia menjalani kehidupan. Menyikapi apapun takdir dan musibah dengan syukur dan sabar. Melakukan keduanya sama-sama berpahala dan mengundang ridha Allah. Mau sehat atau sakit, mau kuat atau lemah, mau kaya atau miskin, ia tenang dan sadar. Ia berikhtiar menyikapi hidup dengan cara yang terbaik.

Jadi, anak-anak kita, lalu kita orangtua dan guru semestinya tidak perlu terlalu memusingkan belajar dimana tempatnya. Tidak perlu galau dengan belajar model apa. Sikapi saja dengan syukur dan sabar. Toh belajar di sekolah atau di rumah sama sama berpahala. Ada kurang ada lebihnya. Masing-masingnya mengandung hikmah yang sangat indah.

Dulu sebelum pandemi, kita bisa sekolah. Saat sekolah ingin tidak masuk sekolah dan diam di rumah. Saat pandemi kita di rumah, rindunya luar biasa ingin berangkat sekolah. Begitulah hidup. Saat ini episode hidup kita demikian. Kita harus realistis dan sikapi dengan sikap terbaik. Ambil hikmah dan pelajaran saat kita belajar di rumah selama ini untuk meningkatkan semangat dan kemampuan saat bisa kembali ke sekolah nanti.

"Manfaatkan waktumu di rumah untuk nanti jadi luar biasa di sekolah. Jangan tunda kebaikan di rumah, yang nanti kamu akan sesali jika kamu sudah di sekolah".

🇮🇩🇮🇩🇮🇩

YAYASAN TERATAI PUTIH GLOBAL

TK Islam, SD Islam, SMP Islam, SMA Islam, SMK, SMP&SMA Islamic Boarding School, Ponpes Al Muhajirin Teratai Putih Global

Jl. Kampus Teratai Putih no.1 Cimuning, Mustikajaya Bekasi Jawa Barat 17155

021-82609737/82609303

Instagram : yayasan_terput

Facebook : Yayasan Terput

Youtube : Yayasan Teratai Putih Global

JURNALISTIK MUDA KOTA BEKASI 
Penanggung Jawab   : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat  
Penasehat                     : Ir.  H. Asep Arwin Kotsara, M.Eng  
Pembina                      1.Kokom Komariah, S.Si  
                                      2. Asep Nurhidayat, S.Pd.  
Pimpinan Redaksi   : Guntara.  S.Kom  
Penulis                      : Wildan Hasan ( Pembina Syariah Teratai Putih Global )

Share on Google Plus

About Swara Siswa

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Posting Komentar