CERPEN "LIHAT DAN RASAKANLAH" Karya Nurul Parianah





LIHAT DAN RASAKANLAH

Sampai kapan? Sampai kapan aku akan tetap terjebak dalam perasaan seperti ini. Kau kembali datang dalam mimpiku, dan aku hanya mampu bertahan ‘berdiam diri’ merasakan sakit karna rasa sayangku akan dirimu.

Ragaku mungkin telah pergi melangkah kedepan ingin meninggalkan semua ini. meninggalkan semua realita yang memang harus kuterima. Kau masih terjebak dalam masa lalumu bersama dengan dia yang telah bertemu dengan sang kuasa. Rasa bersalahmu muncul dan menghantuimu hingga kau merasa salah telah menyia-nyiakan perempuan yang tulus menyayangimu dulu. Dulu dimana aku tidak tahu kapan kau menjalin kasih dengannya. Dan saat kau mendengar kabar duka itu, baru kau menyadarinya bahwa perempuan itu sangat tulus menyayangimu. Terlambat. Tak ada gunanya kau meratapi dia yang telah tiada. Takdirmu harus kau terima. Namun kau menginginkan agar bisa kembali kemasa lalu itu, memperbaiki semua dan menghapuskan rasa bersalahmu.

Ya, aku berhenti ‘memperhatikanmu’ dan ingin pergi melupakanmu. Satu hal yang tertingal disana, tepat aku pergi membawa ragaku untuk melupakanmu. Dialah hatiku, hatiku masih tetap berada di tempat yang sama. Hatiku masih tertinggal dan ragaku kubawa pergi sekuat tenagaku. Aku mampu membawa ragaku pergi untuk melupakanmu. Tapi sungguh, aku tak mampu membawa hatiku. Hati kecilku yang sangat menyayangimu, hatiku yang masih teramat mencintaimu. Kusadari, bila aku berada diposisimu saat itu. Saat dimana kau mengatakan kau teramat menyesal dan tak akan melupakan perempuan itu. Mungkin aku akan lebih terpuruk dari apa yang kau rasakan sekarang. Tapi itu adalah kenyataan yang harus kau terima. Harus kau hadapi dan tak menginginkan kembali kemasa lalumu. Kalaupun kau kembali kemasa lalumu apakah itu akan memperbaiki segalanya ?

Hati kecilku, mengapa ia masih tetap tak pergi bersama ragaku ? Satu tahun lima bulan ia tetap menyimpan perasaan yang sama. Perasaan menyayangimu hingga sanggup melihatmu bahagia dengan wanita pilihanmu, perasaan senang saat melihat kau senang dengan orang lain dan bukan diriku, perasaan mencintai walau bukan hatiku yang berlabuh di tempat teristimewa dalam hatimu. Aku bahagia saat melihatmu bahagia. Aku merasakan sakit terlebih sakit dari sakit yang kau rasa. Percayakah kau akan perkataanku tersebut ?

Kau datang dalam mimpiku bagai obat yang bisa menyembuhkan lukaku. Seperti kamis malam di awal September 2013 ini, tepat tanggal 5 kau obati kerinduanku dengan mendatangiku walau itu bukanlah pada dunia nyataku. Dan perasaan sayangku semakin hidup tumbuh dalam hatiku, walau bukan dirimu yang menyemaikannya. Walau bibit dalam hatiku takkan pernah berbunga indah. Ia tetap tumbuh, dan semakin hari semakin bertambah rasa kerinduanku itu. Dan inginku yang kuurungkan untuk berlari menghampirimu dan mengatakan “Aku sangat merindukanmu” namun kuhalau hingga hanya sesak yang terasa.

Entah sudah berapa lama aku membawa ragaku pergi. Aku pun lupa kapan terakhir menatap senyumanmu, kapan terakhir aku mendengar suaramu, kapan terakhir aku melihat punggungmu. Punggung yang ingin sekali aku jadikan tempat aku berkeluh kesah. Punggung yang ingin kubelai saat kau sedang merasa sedih dan tak ada satupun yang kau ajak bicara. Hatiku tetap hati yang sama, yang mencintaimu lebih dibandingkan mencintai ragaku. Tak ada yang pernah menyadari itu, karna aku telah memilih ‘diam’ dibandingkan harus mengatakannya kepada sahabatku maupun kepadamu.

Bahkan denganmu, aku telah melakukan segala cara agar aku bisa pergi dari semua ini, dan memaksa hatiku mengikuti jejak yang terlihat. Aku memilih tidak ‘bertanya’ akan kabarmu, memilih berdiam diri menanyakan hal tersebut kepada Sang Maha Kuasa walau diri-Nya takkan pernah bisa menjawab doaku dengan suaranya. Aku hanya meyakini bahwa semua yang terjadi dalam hidupku ini adalah takdirku. Dan aku harus bisa menerimanya dengan pasrah dan tulus ikhlas. Tak perlu kukatakan lagi tentang rasa ini, karna hanya diri-Nya lah yang mengetahui seberapa besar rasa cintaku padamu.

Kepada sahabat-sahabatku, kita telah lama tak berjumpa. Dan aku telah lama pula berkeluh kesah tentangnya kepada kalian. Dan mulai saat aku memutuskan membawa ragaku pergi, aku lebih memilih menyimpan keluh kesah ini dalam hatiku sendiri, aku merasa itu lebih baik daripada membebankannya kepada kalian. Sudah cukup banyak juga masalah yang ada didalam hidup kalian. Aku tak ingin masalah ‘perasaan’ ku ini menjadi beban untuk kalian. Saat kalian akan menanyakan kabarku saat kita bertemu nanti, aku akan mengatakan “Aku baik-baik saja” ditambah dengan melihatkan senyumku kepada kalian. Aku tak ingin menunjukkan patahnya sayap yang ada dalam hatiku ini. Lagi dan lagi.

Kalian tak akan kuberitahu kalau setiap malam aku gelisah, tidurku tidak nyenyak karna bayangan dirinya selalu datang mengusik pikiranku, atau bahkan saat aku terbangun dari tidurku dan menangis karna telah bertemu dengannya dalam mimpiku. Semakin besar rasa rindu ini bila telah bertemu dengannya dalam mimpiku. Untuk sesaat emosi yang bergejolak dalam diriku mengintruksikan pikiranku agar aku berhenti menulis. Berhenti menulis tentangnya lagi. Berhenti membuat syair yang terinspirasi dari dirinya. Dan kuikuti intruksi itu. Namun aku berhenti megikuti intruksi itu hari ini. Karena aku ingin memberitahukan kepadanya apa yang aku rasakan setelah aku kembali bertemu dengannya dalam mimpiku. Aku ingin dia membaca tulisanku ini. Hanya dengan cara ini aku bisa memberitahukannya.

“Aku ingin melihatnya (lagi). Aku ingin melihat senyumannya. Walau dirinya takkan pernah tau kalau aku sedang melihatnya. Walau dirinya telah melupakanku, walau dirinya telah memiliki cintanya sendiri, walau dirinya sama sekali tidak pernah melihat ‘aku’. Meskipun ia mengetahui perasaanku terhadapnya, dan menganggap dirinya tak pantas untukku. Tak apa. Yang terpenting aku hanya ingin melihatnya. Aku ingin bertemu dengannya dan mendengar suaranya. Aku ingin melihat senyum manisnya.” Pintaku kepada-Nya sesaat aku terbangun dan kembali kedunia nyata ini.

Dalam mimpi itu, aku bertemu dengannya dan dia membawaku kesebuah tempat. Ia memperlakukan aku seperti yang tidak pernah terbayangkan olehku. Aku bahagia. Aku sangat bahagia saat itu. Entah dimana tempat itu, dan setelahnya aku tak bisa menemukan dirinya yang ‘sesungguhnya’. Aku melihat ia berubah karena sesuatu yang tidak aku ketahui itu apa. Ia melepas menggenggam tanganku. Dan baru tersadar olehku aku takut kehilangannya. Teringat dimasa lalu saat itu aku mengatakan “Aku tak takut kehilanganmu”. Dan setelah aku kembali bertemu dengannya dalam mimpiku semalam, baru tersadari aku takut kehilangannya. Namun aku tak bisa memberitahunya. Untuk apa aku memberitahunya sekarang? Sementara aku telah menuntun ragaku melangkah pergi menjauh darinya. Pergi dari kehidupannya namun hati ini tetap memiliki perasaan yang sama terhadapnya.

Dalam tangisku sesaat aku terbangun dari tidurku, aku terpikir sampai kapan aku terus begini? Memilih sakit dan menderita karena perasaanku ini. Sampai kapan?. Aku memohon agar Sang Pencipta dapat segera menolongku terlepas dari kondisi seperti ini. Berharap Tuhan mengirim dia ataupun seseorang yang bisa mengulurkan tangannya dan membebaskan aku dari perasaan seperti ini. Amor Da Minha Vida R.
Share on Google Plus

About Akram Muhamad Rafli

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Posting Komentar