LIHAT DAN RASAKANLAH
Sampai
kapan? Sampai kapan aku akan tetap terjebak dalam perasaan seperti ini. Kau
kembali datang dalam mimpiku, dan aku hanya mampu bertahan ‘berdiam diri’
merasakan sakit karna rasa sayangku akan dirimu.
Ragaku
mungkin telah pergi melangkah kedepan ingin meninggalkan semua ini.
meninggalkan semua realita yang memang harus kuterima. Kau masih terjebak dalam
masa lalumu bersama dengan dia yang telah bertemu dengan sang kuasa. Rasa
bersalahmu muncul dan menghantuimu hingga kau merasa salah telah menyia-nyiakan
perempuan yang tulus menyayangimu dulu. Dulu dimana aku tidak tahu kapan kau
menjalin kasih dengannya. Dan saat kau mendengar kabar duka itu, baru kau
menyadarinya bahwa perempuan itu sangat tulus menyayangimu. Terlambat. Tak ada
gunanya kau meratapi dia yang telah tiada. Takdirmu harus kau terima. Namun kau
menginginkan agar bisa kembali kemasa lalu itu, memperbaiki semua dan
menghapuskan rasa bersalahmu.
Ya,
aku berhenti ‘memperhatikanmu’ dan ingin pergi melupakanmu. Satu hal yang
tertingal disana, tepat aku pergi membawa ragaku untuk melupakanmu. Dialah
hatiku, hatiku masih tetap berada di tempat yang sama. Hatiku masih tertinggal
dan ragaku kubawa pergi sekuat tenagaku. Aku mampu membawa ragaku pergi untuk
melupakanmu. Tapi sungguh, aku tak mampu membawa hatiku. Hati kecilku yang
sangat menyayangimu, hatiku yang masih teramat mencintaimu. Kusadari, bila aku
berada diposisimu saat itu. Saat dimana kau mengatakan kau teramat menyesal dan
tak akan melupakan perempuan itu. Mungkin aku akan lebih terpuruk dari apa yang
kau rasakan sekarang. Tapi itu adalah kenyataan yang harus kau terima. Harus
kau hadapi dan tak menginginkan kembali kemasa lalumu. Kalaupun kau kembali
kemasa lalumu apakah itu akan memperbaiki segalanya ?
Hati
kecilku, mengapa ia masih tetap tak pergi bersama ragaku ? Satu tahun lima
bulan ia tetap menyimpan perasaan yang sama. Perasaan menyayangimu hingga
sanggup melihatmu bahagia dengan wanita pilihanmu, perasaan senang saat melihat
kau senang dengan orang lain dan bukan diriku, perasaan mencintai walau bukan hatiku
yang berlabuh di tempat teristimewa dalam hatimu. Aku bahagia saat melihatmu
bahagia. Aku merasakan sakit terlebih sakit dari sakit yang kau rasa.
Percayakah kau akan perkataanku tersebut ?
Kau
datang dalam mimpiku bagai obat yang bisa menyembuhkan lukaku. Seperti kamis
malam di awal September 2013 ini, tepat tanggal 5 kau obati kerinduanku dengan
mendatangiku walau itu bukanlah pada dunia nyataku. Dan perasaan sayangku
semakin hidup tumbuh dalam hatiku, walau bukan dirimu yang menyemaikannya.
Walau bibit dalam hatiku takkan pernah berbunga indah. Ia tetap tumbuh, dan
semakin hari semakin bertambah rasa kerinduanku itu. Dan inginku yang
kuurungkan untuk berlari menghampirimu dan mengatakan “Aku sangat merindukanmu”
namun kuhalau hingga hanya sesak yang terasa.
Entah
sudah berapa lama aku membawa ragaku pergi. Aku pun lupa kapan terakhir menatap
senyumanmu, kapan terakhir aku mendengar suaramu, kapan terakhir aku melihat
punggungmu. Punggung yang ingin sekali aku jadikan tempat aku berkeluh kesah.
Punggung yang ingin kubelai saat kau sedang merasa sedih dan tak ada satupun
yang kau ajak bicara. Hatiku tetap hati yang sama, yang mencintaimu lebih
dibandingkan mencintai ragaku. Tak ada yang pernah menyadari itu, karna aku
telah memilih ‘diam’ dibandingkan harus mengatakannya kepada sahabatku maupun
kepadamu.
Bahkan
denganmu, aku telah melakukan segala cara agar aku bisa pergi dari semua ini,
dan memaksa hatiku mengikuti jejak yang terlihat. Aku memilih tidak ‘bertanya’
akan kabarmu, memilih berdiam diri menanyakan hal tersebut kepada Sang Maha Kuasa
walau diri-Nya takkan pernah bisa menjawab doaku dengan suaranya. Aku hanya
meyakini bahwa semua yang terjadi dalam hidupku ini adalah takdirku. Dan aku
harus bisa menerimanya dengan pasrah dan tulus ikhlas. Tak perlu kukatakan lagi
tentang rasa ini, karna hanya diri-Nya lah yang mengetahui seberapa besar rasa
cintaku padamu.
Kepada
sahabat-sahabatku, kita telah lama tak berjumpa. Dan aku telah lama pula
berkeluh kesah tentangnya kepada kalian. Dan mulai saat aku memutuskan membawa
ragaku pergi, aku lebih memilih menyimpan keluh kesah ini dalam hatiku sendiri,
aku merasa itu lebih baik daripada membebankannya kepada kalian. Sudah cukup
banyak juga masalah yang ada didalam hidup kalian. Aku tak ingin masalah
‘perasaan’ ku ini menjadi beban untuk kalian. Saat kalian akan menanyakan
kabarku saat kita bertemu nanti, aku akan mengatakan “Aku baik-baik saja”
ditambah dengan melihatkan senyumku kepada kalian. Aku tak ingin menunjukkan
patahnya sayap yang ada dalam hatiku ini. Lagi dan lagi.
Kalian
tak akan kuberitahu kalau setiap malam aku gelisah, tidurku tidak nyenyak karna
bayangan dirinya selalu datang mengusik pikiranku, atau bahkan saat aku
terbangun dari tidurku dan menangis karna telah bertemu dengannya dalam
mimpiku. Semakin besar rasa rindu ini bila telah bertemu dengannya dalam
mimpiku. Untuk sesaat emosi yang bergejolak dalam diriku mengintruksikan
pikiranku agar aku berhenti menulis. Berhenti menulis tentangnya lagi. Berhenti
membuat syair yang terinspirasi dari dirinya. Dan kuikuti intruksi itu. Namun
aku berhenti megikuti intruksi itu hari ini. Karena aku ingin memberitahukan
kepadanya apa yang aku rasakan setelah aku kembali bertemu dengannya dalam
mimpiku. Aku ingin dia membaca tulisanku ini. Hanya dengan cara ini aku bisa
memberitahukannya.
“Aku
ingin melihatnya (lagi). Aku ingin melihat senyumannya. Walau dirinya takkan
pernah tau kalau aku sedang melihatnya. Walau dirinya telah melupakanku, walau
dirinya telah memiliki cintanya sendiri, walau dirinya sama sekali tidak pernah
melihat ‘aku’. Meskipun ia mengetahui perasaanku terhadapnya, dan menganggap
dirinya tak pantas untukku. Tak apa. Yang terpenting aku hanya ingin
melihatnya. Aku ingin bertemu dengannya dan mendengar suaranya. Aku ingin
melihat senyum manisnya.” Pintaku kepada-Nya sesaat aku terbangun dan kembali
kedunia nyata ini.
Dalam
mimpi itu, aku bertemu dengannya dan dia membawaku kesebuah tempat. Ia
memperlakukan aku seperti yang tidak pernah terbayangkan olehku. Aku bahagia.
Aku sangat bahagia saat itu. Entah dimana tempat itu, dan setelahnya aku tak
bisa menemukan dirinya yang ‘sesungguhnya’. Aku melihat ia berubah karena
sesuatu yang tidak aku ketahui itu apa. Ia melepas menggenggam tanganku. Dan
baru tersadar olehku aku takut kehilangannya. Teringat dimasa lalu saat itu aku
mengatakan “Aku tak takut kehilanganmu”. Dan setelah aku kembali bertemu
dengannya dalam mimpiku semalam, baru tersadari aku takut kehilangannya. Namun
aku tak bisa memberitahunya. Untuk apa aku memberitahunya sekarang? Sementara aku
telah menuntun ragaku melangkah pergi menjauh darinya. Pergi dari kehidupannya
namun hati ini tetap memiliki perasaan yang sama terhadapnya.
Dalam
tangisku sesaat aku terbangun dari tidurku, aku terpikir sampai kapan aku terus
begini? Memilih sakit dan menderita karena perasaanku ini. Sampai kapan?. Aku
memohon agar Sang Pencipta dapat segera menolongku terlepas dari kondisi
seperti ini. Berharap Tuhan mengirim dia ataupun seseorang yang bisa
mengulurkan tangannya dan membebaskan aku dari perasaan seperti ini. Amor Da
Minha Vida R.
0 komentar:
Posting Komentar